Pergerakan
Mahasiswa Islam Indonesia
Lambang Pergerakan Mahasiswa Islam
Indonesia
Singkatan :
PMII.
Slogan : Dzikir, Fikir, dan Amal Saleh.
Pembentukan : 17
April 1960 / 17 Syawwal 1379 Hijriyah.
Jenis :
Organisasi Kemahasiswaan.
Kantor pusat : Jakarta
– Indonesia.
Bahasa resmi : Indonesia
Ketua Umum : Aminuddin
Ma'ruf
PB PMII 2014-2016
Pergerakan
Mahasiswa Islam Indonesia atau yang disingkat dengan PMII adalah sebuah
organisasi kemahasiswaan yang berdiri pada tanggal 17 April tahun 1960 di
Surabaya. Adapun ketua umum pertama PMII bernama Mahbub Djunaedi.
Latar belakang pembentukan PMII
Pergerakan
Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) lahir karena menjadi suatu kebutuhan dalam
menjawab tantangan zaman. Berdirinya organisasi Pergerakan Mahasiswa Islam
Indonesia bermula dengan adanya hasrat kuat para mahasiswa NU untuk mendirikan
organisasi mahasiswa yang berideologi Ahlusssunnah wal Jama’ah. Dibawah ini
adalah beberapa hal yang dapat dikatakan sebagai penyebab berdirinya PMII:
1.
Carut marutnya situasi politik bangsa indonesia dalam kurun waktu
1950-1959.
2.
Tidak menentunya sistem pemerintahan dan perundang-undangan yang
ada.
3.
Pisahnya NU dari Masyumi.
4.
Ditakutkan HMI akan dibubarkan oleh PKI, karena pada masa itu HMI
sebagai satu-satunya organisasi kemahasiswaan yang berasaskan Islam. Sehingga
pada saat itu juga Mahbub Djunaedi berinisiatif untuk mendirikan organisasi
kemahasiswaan yang bernafaskan Islam pula, yaitu PMII.
Hal-hal
tersebut diatas menimbulkan kegelisahan dan keinginan yang kuat dikalangan
intelektual-intelektual muda NU untuk mendirikan organisasi sendiri sebagai
wahana penyaluran aspirasi dan pengembangan potensi mahasiswa-mahsiswa yang
berkultur NU. Disamping itu juga ada hasrat yang kuat dari kalangan mahsiswa NU
untuk mendirikan organisasi mahasiswa yang berideologi Ahlussunnah Wal Jama’ah.
Organisasi-organisasi pendahulu
Di Jakarta pada
bulan Desember 1955, berdirilah Ikatan Mahasiswa Nahdlatul Ulama (IMANU) yang
dipelopori oleh Wa’il Harits Sugianto. Sedangkan di Surakarta berdiri KMNU
(Keluarga Mahasiswa Nahdhatul Ulama) yang dipelopori oleh Mustahal Ahmad. Namun
keberadaan kedua organisasi mahasiswa tersebut tidak direstui bahkan ditentang
oleh Pimpinan Pusat IPNU dan PBNU dengan alasan IPNU baru saja berdiri dua
tahun sebelumnya yakni tanggal 24 Februari 1954 di Semarang. IPNU punya
kekhawatiran jika IMANU dan KMNU akan memperlemah eksistensi IPNU. Gagasan
pendirian organisasi mahasiswa NU muncul kembali pada Muktamar II IPNU di
Pekalongan (1-5 Januari 1957). Gagasan ini pun kembali ditentang karena
dianggap akan menjadi pesaing bagi IPNU. Sebagai langkah kompromis atas
pertentangan tersebut, maka pada muktamar III IPNU di Cirebon (27-31 Desember
1958) dibentuk Departemen Perguruan Tinggi IPNU yang diketuai oleh Isma’il
Makki (Yogyakarta). Namun dalam perjalanannya antara IPNU dan Departemen PT-nya
selalu terjadi ketimpangan dalam pelaksanaan program organisasi. Hal ini
disebabkan oleh perbedaan cara pandang yang diterapkan oleh mahasiswa dan
dengan pelajar yang menjadi pimpinan pusat IPNU. Disamping itu para mahasiswa
pun tidak bebas dalam melakukan sikap politik karena selalu diawasi oleh PP
IPNU.
Konferensi Besar IPNU
Oleh karena itu
gagasan legalisasi organisasi mahasiswa NU senantisa muncul dan mencapai
puncaknya pada konferensi besar (KONBES) IPNU I di Kaliurang pada tanggal 14-17
Maret 1960. Dari forum ini kemudian kemudian muncul keputusan perlunya
mendirikan organisasi mahasiswa NU secara khusus di perguruan tinggi. Selain
merumuskan pendirian organ mahasiswa, KONBES Kaliurang juga menghasilkan
keputusan penunjukan tim perumus pendirian organisasi yang terdiri dari 13
tokoh mahasiswa NU. Mereka adalah:
1.
Khalid Mawardi (Jakarta)
2.
M. Said Budairy (Jakarta)
3.
M. Sobich Ubaid (Jakarta)
4.
Makmun Syukri (Bandung)
5.
Hilman (Bandung)
6.
Ismail Makki (Yogyakarta)
7.
Munsif Nakhrowi (Yogyakarta)
8.
Nuril Huda Suaidi (Surakarta)
9.
Laily Mansyur (Surakarta)
10.
Abd. Wahhab Jaelani (Semarang)
11.
Hizbulloh Huda (Surabaya)
12.
M. Kholid Narbuko (Malang)
13.
Ahmad Hussein (Makassar)
Keputusan
lainnya adalah tiga mahasiswa yaitu Hizbulloh Huda, M. Said Budairy, dan Makmun
Syukri untuk sowan ke Ketua Umum PBNU kala itu, KH. Idham Kholid.
Deklarasi
Pada tanggal
14-16 April 1960 diadakan musyawarah mahasiswa NU yang bertempat di Sekolah
Mu’amalat NU Wonokromo, Surabaya. Peserta musyawarah adalah perwakilan
mahasiswa NU dari Jakarta, Bandung, Semarang, Surakarta, Yogyakarta, Surabaya,
dan Makassar, serta perwakilan senat Perguruan Tinggi yang bernaung dibawah NU.
Pada saat tu diperdebatkan nama organisasi yang akan didirikan. Dari Yogyakarta
mengusulkan nama Himpunan atau Perhimpunan Mahasiswa Sunny. Dari Bandung dan
Surakarta mengusulkan nama PMII. Selanjutnya nama PMII yang menjadi
kesepakatan. Namun kemudian kembali dipersoalkan kepanjangan dari ‘P’ pakah
perhimpunan atau persatuan. Akhirnya disepakati huruf “P” merupakan singkatan
dari Pergerakan sehingga PMII menjadi “Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia”.
Musyawarah juga menghasilkan susunan Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga
organisasi serta memilih dan menetapkan sahabat Mahbub Djunaidi sebagai ketua
umum, M. Khalid Mawardi sebagai wakil ketua, dan M. Said Budairy sebagai
sekretaris umum. Ketiga orang tersebut diberi amanat dan wewenang untuk
menyusun kelengkapan kepengurusan PB PMII. Adapun PMII dideklarasikan secara
resmi pada tanggal 17 April 1960 masehi atau bertepatan dengan tanggal 17 Syawwal
1379 Hijriyah.
Pengurus PB PMII dari masa ke masa
1.
Sahabat Mahbub Junaidi (Periode 1960–1967)
Lahir di
Jakarta, 27 Juli 1933, Ketua Umum PB PMII tiga periode, yaitu periode
1960–1961, hasil Musyawarah Mahasiswa Nahdliyin pada saat PMII pertama kali didirikan
di Surabaya Jawa Timur. Periode 1961-1963, Hasil Kongres I PMII di Tawangmangu
Jawa Barat. Dan Periode 1963-1967, hasil Kongres PMII II di Kaliurang
Yogjakarta. Pada masa kepemimpinan sahabat Mahbub Junaidi inilah PMII secara
politis menjadi sangat populer di dunia kemahasiswaan dan kepemudaan, sampai
pada periode pertama sahabat Zamroni. Pernah menjabat sebagai Ketua Umum PWI
pusat dan pimpinan Redaksi Harian Duta Masyarakat (1965–1967), ketua dewan
kehormatan PWI (1979 – 1983), anggota DPR GR (1967-1971), Wakil Ketua PBNU
(1984-1989), Wakil sekjen DPP PPP, Anggota DPR/MPR RI (1971-1982), Pencetus
“Khittah Plus”, Ketua Majlis Pendidikan Soekarno dan anggota mustasyar PB NU
(1989-1994).
Dalam sejarah
republik ini, pernah muncul seorang tokoh aktivis mahasiswa yang sangat multi-talenta,
bahkan hampir jarang ditemukan sosok yang lengkap seperti dia saat ini, dia
adalah Mahbub Junaidi. Mahbub adalah seorang tokoh satrawan, jurnalis,
organisatoris, agamawan dan politisi. Dalam hal tulis-menulis Mahbub temasuk
sangat piawai pada masanya
2.
Sahabat Muhammad Zamroni (Periode 1967-1973)
Lahir di
Kudus/Jepara Jawa Tengah Tanggal 10 Agustus 1935. Riwayat Pendidikan: SD
Muhammadiyah Kudus (1948), SMP Negeri Kudus (1951), SGHA Yogjakarta (1955),
IAIN Jurusan Pendidikan, Jakarta (1969), Pesantren Bale Tengahan Kudus,
Pesantren Jamsaren Solo, Madrasah Tsanawiyah dan Aliyah di Kudus dan Solo.
Karir: Guru Ilmu Pasti , Agama dan Olah Raga PGAN Magelang (1955-1958) Asisten
Sastra Arab IAIN Syarif Hidayatullah Ciputat Jakarta (1963-1965), Penata Madya
Pegawai Departemen Agama (1965-1967), Ketua Umum PP PMII dua periode yaitu
periode 1967-1970, hasil kongres PMII III di Malang Jawa Timur.
Dialah
satu-satunya tokoh PMII yang terpilih tanpa kehadiran yang bersangkutan di
arena Kongres, karena pada saat itu dia masih berada di Tokyo Jepang, dalam
rangka operasi jari tangan kanan akibat kecalakaan mobil sewaktu konsolidasi
KAMI ke daerah Serang. Kemudian Periode 1970-1973, hasil Kongres IV PMII di
Makasar Ujungpandang Sulawesi Selatan. Pada masa kepemimpinan sahabat Zamroni
yang ke dua inilah PMII menyatakan diri “Independen”, (dicetuskan di MUBES II
di Murnajati Lawang Malang 1972). Dialah penggagas Independensi PMII. Pada masa
kepemimpinan sahabat Zamroni inilah PMII berkembang sangat pesat terutama jika
dilihat dari segi banyaknya Cabang-cabang yang ada, tidak kurang dari 120
cabang yang hidup diseluruh Indonesia. Suatu prestasi yang belum pernah terjadi
sebelumnya dan sangat sulit terulang kembali hingga sekarang ini.
Menjadi Ketua Persidium KAMI Pusat (mulai pertama dibentuk sampai
bubar), Inilah tokoh PMII, Tokoh Mahasiswa, dan Tokoh Pemuda yang berhasil
menggerakkan Mahasiswa dan Pemuda di seluruh Indonesia berdemonstrasi turun ke
jalan menuntut dan berhasil merontokkan Rezim Orde Lama. Dialah Figur Tokoh
angkatan 66. Dialah tokoh demonstran yang berhasil menumbangkan suatu rezim.
Dialah tokoh paling populer dan terkenal pada masanya, setelah Soekarno. Tokoh
idola yang mampu menjadi “inspirator gerakan” mahasiswa dan pemuda di seluruh
nusantara. Dialah tokoh yang berani berdemonstrasi dan berdebat
berhadap-hadapan secara langsung dengan Presiden Soekarno.
Pernah menjadi
anggota DPR GR/MPRS Fraksi Karya Pembangunan (1967-1971), DPR/MPR RI Fraksi
Partai NU (1971-1977), DPR/MPR RI Fraksi PPP (1977-1983), Ketua Komisi I DPR RI
(1983-1987), dan terakhir sebagai wakil Ketua Komisi X DPR/MPR RI. Penandatangan
Deklarasi KNPI (1973), Ketua I DPP PPP (periode Naro), dan wakil Sekjen PB NU
(periode Idham Chalid).
Drs. HM.
Zamroni bin Sarkowi, Berpulang ke Rahmatullah pada dini hari pukul 03.00 WIB,
Hari Senin Tanggal 5 Februari 1996, di RS Fatmawati Jakarta Selatan karena
sakit sesak pernafasan dan stroke yang diderita sejak lama. Meninggalkan
seorang Isteri, 3 (tiga) orang putra-putri dan 4 (empat) orang cucu. Dimakamkan
di Pemakaman Khusus Tanah Kusir Jakarta.
3.
Sahabat Abduh Paddare (Periode 1973-1977)
Lahir di
Kampung Rambang Makasar Sulawesi Selatan, Tanggal 27 Desember 1938. Ketua Umum
PB. PMII periode 1973-1977, hasil Kongres V PMII di Ciloto Jawa Barat. Inilah
satu-satunya Kongres PMII yang tidak berhasil memilih Ketua Umum. Pemilihan
pengurus dilanjutkan di Wisma Angkatan Laut (di belakang Hotel Borobudur
Jakarta) selama dua malam, belum juga berhasil. Akhirnya acara pemilihan pengurus
itu dilanjutkan di Kantor PBNU. Sahabat Abduh terpilih sebagai ketua umum PB. PMII
untuk periode 1973-1977 setelah bersaing dengan sahabat Amdir Thahir.
Dil disebut
sebagai Ketua Umum PB PMII yang paling dilematis dalam perjalanan sejarah PMII,
karena dia termasuk salah satu tokoh PMII yang tidak setuju dengan
“Independensi PMII” sehingga dia tidak mau hadir pada acara MUBES II PMII di
Murnajati Lawang Malang, yang melahirkan “Deklarasi Independensi PMII”, tapi di
sisi lain dia harus mengemban amanat “Independensi PMII” sebagai amanat Kongres
V PMII di Ciloto Jawa Barat.
Bersama-sama dengan Zamroni ia juga sebagai penandatangan Deklarasi
Berdirinya KNPI (1973), menggabungkan PMII menjadi anggota Kelompok Cipayung
(1974), menjadi anggota MPR (1977-1982), DPR/MPR RI (1983-1987), Anggota MPR
(1992-1997), Ketua Forum Komunikasi dan Silaturrahmi Alumni (FOKSIKA) PMII
(1988-1991), Wakil Sekjen DPP PPP (1994-1999) dan Pegawai Negeri Sipil
Departemen Agama RI. Alumnus Sarjana Muda Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel
Malang, dan Sarjana Lengkap di IAIN Jakarta.
4.
Sahabat Ahmad Bagja (Periode 1977-1981)
Lahir di
Kuningan Jawa Barat 1945, pernah menjadi Ketua Umum Dewan Mahasswa IKIP
Jakarta, dan Ketua Badan Koordinasi Senat-senat Mahasiswa IKIP se Indonesia
(1970), Ketua Umum PB PMII periode 1977-1981) Wakil Sekjen PB NU (1984-1989 dan
1989-1994), Sekjen PB NU pada periode kepengurusan Gus Dur yang kedua, tokoh
sentral yang paling berpengaruh dalam Kelompok Cipayung. Pada masanya Kelompok
Cipayung benar-benar menjadi kelompok sosial kontrol yang kritis dan berani.
Terpilih sebagai Ketua FOKSIKA menggantikan Abduh Paddare, setelah menang
bersaing dengan Burhanuddin Abdullah (Gubernur BI).
5.
Sahabat Suryadharma Ali (Periode 1985-1988)
Lahir di
Jakarta, Ketua Umum PB PMII periode 1985-1988 dari hasil Kongres VIII PMII di
Bandung Jawa Barat. Ia terpilih setelah bersaing ketat dengan Iqbal Assegaf,
dengan selisih sangat tipis, hanya satu suara. Asisten Direktur Hero
Supermarket, Wakil Sekjen Asosiasi pedagang, Pengicer dan pertokoan Indonesia
(AP3I), Dewan Pembina PP GP ANSOR, Anggota DPR/MPR RI Fraksi PPP (1999-2004),
Menteri Koperasi dan UKM (2004-2009), Ketua Umum PPP Periode 2007-2011
6.
Sahabat Muhammad Iqbal Assegaf (Periode 1988-1991)
Lahir di Labuha
Maluku pada 12 Oktober 1958, Riwayat Pendidikan: SD Islamiyah I Ternate (1971),
Madrasah Ibtidaiyah Al-Khairat (1972), SMP Negeri Ternate (1974), SMA Negeri
Ternate (1977), Fakultas Kedokteran Hewan IPB (1983), Institut Of Management
IEU Jakarta (1993). Pengalaman Organisasi: Ketua Umum OSIS SMP Negeri Ternate
(1972-1973), Ketua Umum OSIS SMP Negeri Ternate (1976-1977), Ketua Badan
Kerohanian Islam Keluarga Mahasiswa IPB Bogor (1979-1981), Sekjen Badan
Perwakilan Mahasiswa Fak. Kedokteran Hewan IPB Bogor (1982-1984), Sekjen Majlis
Permusyawaratan Mahasiswa IPB Bogor (1982-1984), Ketua Umum PMII Cabang Bogor
(1981-1983), Ketua Umum PB PMII periode
1988-1991, hasil Kongres IX PMII di Asrama Haji Surabaya Jawa Timur, dia
menduduki jabatan sebagai Ketua Umum PB PMII setelah berhasil menang dengan
suara mutlak dari saingannya Syaifullah Maksum.
Setelah melepas
jabatan sebagai Ketua Umum PB PMII, ia langsung menjadi Ketua Dewan Pembina PB
PMII pada periode berikutnya, 1991-1994. Ini baru pertama kali terjadi dalam
organisasi PMII. Wakil Ketua Majlis Pemuda Indonesia (1987-1990), Anggota
Pengurus Group Diskusi Nasional (GDN) Kosgoro (1992-1994), Anggota Pokja Hankam
DPP Golkar (1988-193). Ia adalah tokoh PMII yang pernah menawarkan sesuatu yang
dianggap baru dalam lingkungan dunia kepemudaan di Indonesia melalui proses
“debat langsung” para kandidat Ketua Umum DPP KNPI tahun 1993.
Meski akhirnya
ia dikhianati oleh kadernya sendiri, Ketua Umum PB PMII saat itu (Ali Masykur
Musa) dengan tidak mendukungnya dan meninggalkan di tengah perjalanan, bahkan
Ali Masykur berpaling mendukung calon dari Kosgoro, Maulana Isman, padahal
beberapa hari sebelumnya PB PMII secara resmi mengumumkan secara terbuka kepada
pers, bahwa PMII mencalonkan Iqbal Assegaf sebagai calon Ketua Umum DPP KNPI,
tetapi sebagai kader PMII yang memiliki prinsip dan keyakinan tinggi, Iqbal
jalan terus memperjuangkan nilai dan keyakinannya itu.
Iqbal adalah
Ketua Umum PB PMII yang relatif dianggap paling sukses memimpin dan membesarkan
PMII, setelah Mahbub dan Zamroni. Ia pernah bersikap sangat tegas menolak
gagasan dan saran sebagian tokoh dan kiai-kiai NU yang menginginkan agar PMII
kembali “Dependen dengan NU”. Sikap tegas itu ia tunjukkan dengan mengeluarkan
keputusan “Penegasan Cibogo”. Sehubungan dengan itu, ia pernah megeluarkan
statemen “PMII dengan rendah hati siap menerima pendapat, gagasan, dan saran,
bahkan kritik dari siapapun, tetapi keputusan tetap berada di tangan PMII”.
Itulah cermin dari sikap seorang pemimpin yang independen.
Direktur Utama
PT Shahanaz Swamandiri, ketua Tim Asistensi Departemen Pemenangan Pemilu DPP
Golkar dan wakil ketua POKJA Depnaker-Rabithatul Ma’ahid Islamiah (RMI), Ketua
Umum PP GP ANSOR, menggantikan Slamet Effendy Yusuf. Ia terpilih sebagai Ketua
Umum pada Kongres GP ANSOR setelah bersaing ketat dengan Khoirul Anam (Ketua GP
ANSOR Jawa Timur) yang konon mendapat restu dan dukungan dari Gus Dur (Ketua
umum PBNU) Ia berhasil menembus peraturan yang mensyaratkan seorang calon ketua
harus pernah menjadi pengurus GP ANSOR setidaknya satu periode kepengurusan. Ia
berhasil meyakinkan peserta kongres untuk mengesampingkan peraturan tersebut,
bahkan ia sukses menafikan pengaruh Gus Dur di Arena Kongres tersebut. Drh.
Muhammad Iqbal Assegaf, Meninggal pada hari… tanggal… tahun 1999, kerena
kecelakaan Mobil di Jalan Tol…. Menuju kearah Tanjung Priok. Meninggalkan
seorang isteri dan 3 orang anak.
7.
Sahabat Ali Masykur Musa (Periode 1991-1994)
Lahir di Tulung
Agung Jawa Timur dan menjadi Ketua Umum PB PMII periode 1991-1994, dari hasil
Kongres X PMII di Asrama Haji Pondok Gede Jakarta, dengan tema, “Demokrasi,
Keadilan Sosial dan Pembangunan Masyarakat Religius.” Ia terpilih setelah
bersaing ketat dengan kandidat lainnya yaitu Endin AJ Sofihara, Idrus Marham
Putra dan Fajrul Falah (yang terakhir ini gugur pada tahap pencalonan) Angota
DPR / MPR RI dari Fraksi PKB, Ketua Fraksi PKB DPR (1999-2004), anggota DPR /
MPR RI (2004-2009), peraih suara terbanyak untuk semua calon-calon anggota
legeslatif tingkat pusat dari daerah pemilihan Jawa Timur, Ketua DPP PKB
(1999-2004) dan Wakil Ketua Umum DPP PKB
hasil Kongres PKB Semarang (2004-2009). Ketua GM Kosgoro (…) dll.
8.
Sahabat Muhaimin Iskandar (Periode 1994-1997)
Lahir di
Jombang Jawa Timur 1966, Pernah terjun dalam dunia Jurnalistik pada Tabloit
DeTik. Alimni Fisipol UGM Yogjakarta. Ketua Umum PB PMII periode 1994-1997,
hasil Kongres XI PMII di Kutai Kertanegara Kalimantan, dengan tema, “Moralitas,
Pemberdayaan Masyarakat dan Integrasi Nasional.” Karir politiknya: Anggota DPR/MPR RI Fraksi PKB (1999-2004),
Ketua Fraksi PKB DPR RI (1999-2004), Wakil Ketua DPR RI dari Fraksi PKB
(menggantikan posisi Dra. Khofifah Indarparawansa yang diangkat sebagai Mentri
Negara Pemberdayaan Perempuan pada masa Kabinet Presiden Abdurrahman Wahid)
Wakil Ketua DPR RI dari Fraksi PKB (1999-2004), Sekjen DPP PKB (1998-2003) pada
masa kepemimpinan Matori Abdul Jalil, Ketua DPP PKB (…), Sekjen DPP PKB lagi
menggantikan posisi Syaifullah Yusuf yang diangkat sebagai Menteri Pemberdayaan
Daerah Tertinggal pada Kabinet Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Ketua Umum DPP PKB hasil Muktamar PKB di
Semarang Jawa Tengah (2005-2010).
9.
Sahabat Syaiful Bahri Anshori (Periode 1997-2000)
Lahir di ….
Ketua Umum PB PMII periode 1997-2000, hasil Kongres XII PMII di Asrama Haji
Sukolilo Surabaya Jawa Timur, 1-5 Desember 1997, dengan tema, “Revitalisasi
Tradisi, Pengokohan Demokrasi dan Pemandirian Masyarakat Menghadapai Tantangan
Global.” Pada Kongres kali inilah mulai muncul gejala anarkhi dari peserta
kongres, seperti baku hantam dan saling lempar kursi. Ia terpilih sebagai Ketua
Umum PB PMII setelah bersaing dengan sahabat Chatibul Umam Wirano, Munawar Fuad
Noeh.
10.
Sahabat Nusron Wahid (Periode 2000-2003)
Lahir di Jepara
Jawa Tengah, Ketua Umum PB PMII periode 2000-2003, hasil Kongres XIII PMII di
Medan Sumatra Utara. Anggota DPR/MPR RI dari Fraksi Golkar (2004-2009) dari
daerah pemilihan Jawa Tengah. Sekretaris Majelis Pembina Nasional PB PMII
Periode 2005-2007.
11.
Sahabat A Malik Haramain (Periode 2003-2005)
Lahir di
Probolinggo Jawa Timur, 3 Mei 1972. Pendidikan dasar di tempuh di MI Ihya’ul
Islam, MTs Roudlotut Tholibin di Probolinggo. Sambil nyantri di PP. Roudlotut
Tholibin, melanjutkan pendidikan di SMAN 3 Probolinggo. Kemudian melanjutkan
studi ke Universitas Merdeka Malang (Unmer) Lulus tahun 1977, selama menjadi
mahasiswa ia juga nyantri di PP. Miftahul Huda Gading Malang. Studi program S2
di UI Jakarta dan lulus tahun 2003.
Karir Organisasi
dimulai sebagai Ketua Departemen Penalaran Senat Mahasiswa Fisipol Unmer
Malang. Aktif di PMII di mulai sejak tahun 1993 sebagai Ketua Komisariat PMII
Unmer Malang, Ketua Bidang II PMII Cabang Malang (1995), Ketua Umum PMII Cabang Malang (1996), Wakil
Sekjen PB PMII (1997-2000), Ketua Umum PB PMII Periode 2003-2005, hasil Kongres
XIV PMII di Kutai Kertanegara Kalimantan.
Selain itu ia
juga pernah aktif dan dipercaya menjadi koordinator kajian di Pusat Studi dan
Pengembangan Kebudayaan (PUSPeK) Averroes (Averroes Community). Buku-buku yang
pernah ditulis antara lain: Mengawal Transisi, Refleksi atas Pemantauan Pemilu
1999 (Jakarta 1999), PMII di Singpang Jalan, Pustaka Pelajar (Yogjakarta 1999)
Menjadi Kontributor tulisan: Pemikiran-pemikiran Revolusioner Antonio Gramci Ber(tanya)lajar
lagi pada kesalahan Karl Marx (Averroes Press dan Pustaka Pelajar 2000).
Politik Indonesia dalam Masa Transisi (Upaya Menuju Sistem Politik Demokratis).
Oposisi, Upaya Mengawal Transisi, Aktivisme Politik Islam dalam Babakan Politik
Indonesia. Gus Dus, Militer dan Politik (LKiS Yogjakarta). Neraca Gus Dur di
Panggung Kekuasaan, Lakpesdam (Jakarta 2002), Sketsa Pergerakan:
Kritik-Otokritik Gerakan PMII, (Fajar Pustaka 2003), Saat ini ia menjadi staf
ahli Komisi I DPR RI dan menjadi staf pengajar di Pascasarjana UI untuk program
studi Kajian Timur Tengah dan Islam.
Buku-buku yang
pernah diterbitkan PB PMII pada periode ini antara lain: PMII dalam
Simpul-simpul Sejarah Perjuangan; PMII 1960-1985 Untukmu Satu Tanah Airku, Untukmu
Satu Keyakinanku; Menuju Karifan Bernegara; Kilas Balik Perjuangan Zamroni.
Pada periode inilah PB PMII mempunyai kantor sekretariat sendiri secara
permanen.
12.
Sahabat Herry Ayuma (Periode 2005-2007)
Lahir di
Trenggalek Jawa Timur, Ketua Umum PB PMII Periode 2005-2007, dari hasil Kongres
XV PMII di Bogor Jawa Barat.
13.
Sahabat Muhammad Rodli Kaelani (2008-2011)
Lahir di Manado
1 April 1978. Saat ini menjadi ketua PANDU Indonesia, sayap muda PAN
14.
Sahabat Addin Jauharuddin (2011-2013)
15.
Sahabat Aminuddin Ma'ruf (2014-sekarang)
Independensi PMII
Pada awal
berdirinya PMII sepenuhnya berada di bawah naungan NU. PMII terikat dengan
segala garis kebijaksanaan partai induknya, NU. PMII merupakan perpanjangan
tangan NU, baik secara struktural maupun fungsional. Selanjuttnya sejak
dasawarsa 70-an, ketika rezim neo-fasis Orde Baru mulai mengkerdilkan fungsi
partai politik, sekaligus juga penyederhanaan partai politik secara kuantitas,
dan issue back to campus serta organisasi-organisasi profesi kepemudaan mulai
diperkenalkan melalui kebijakan NKK/BKK, maka PMII menuntut adanya pemikiran
realistis. 14 Juli 1971 melalui Mubes di Murnajati, PMII mencanangkan
independensi, terlepas dari organisasi manapun (terkenal dengan Deklarasi
Murnajati). Kemudian pada kongres tahun 1973 di Ciloto, Jawa Barat,
diwujudkanlah Manifest Independensi PMII. Namun, betapapun PMII mandiri,
ideologi PMII tidak lepas dari faham Ahlussunnah wal Jamaah yang merupakan ciri
khas NU. Ini berarti secara kultural- ideologis, PMII dengan NU tidak bisa
dilepaskan. Ahlussunnah wal Jamaah merupakan benang merah antara PMII dengan
NU. Dengan Aswaja PMII membedakan diri dengan organisasi lain. Keterpisahan
PMII dari NU pada perkembangan terakhir ini lebih tampak hanya secara
organisatoris formal saja. Sebab kenyataannya, keterpautan moral, kesamaan
background, pada hakekat keduanya susah untuk direnggangkan.
Makna Filosofis
Dari namanya
PMII disusun dari empat kata yaitu “Pergerakan”, “Mahasiswa”, “Islam”, dan
“Indonesia”. Makna “Pergerakan” yang dikandung dalam PMII adalah dinamika dari
hamba (makhluk) yang senantiasa bergerak menuju tujuan idealnya memberikan
kontribusi positif pada alam sekitarnya. “Pergerakan” dalam hubungannya dengan
organisasi mahasiswa menuntut upaya sadar untuk membina dan mengembangkan
potensi ketuhanan dan kemanusiaan agar gerak dinamika menuju tujuannya selalu
berada di dalam kualitas kekhalifahannya.
Pengertian
“Mahasiswa” adalah golongan generasi muda yang menuntut ilmu di perguruan
tinggi yang mempunyai identitas diri. Identitas diri mahasiswa terbangun oleh
citra diri sebagai insan religius, insan dimnamis, insan sosial, dan insan
mandiri. Dari identitas mahasiswa tersebut terpantul tanggung jawab keagamaan,
intelektual, sosial kemasyarakatan, dan tanggung jawab individual baik sebagai
hamba Tuhan maupun sebagai warga bangsa dan negara.
“Islam” yang
terkandung dalam PMII adalah Islam sebagai agama yang dipahami dengan
haluan/paradigma ahlussunah wal jama’ah yaitu konsep pendekatan terhadap
ajaran agama Islam secara proporsional antara iman, islam, dan ikhsan yang di
dalam pola pikir, pola sikap, dan pola perilakunya tercermin sikap-sikap
selektif, akomodatif, dan integratif. Islam terbuka, progresif, dan transformatif
demikian platform PMII, yaitu Islam yang terbuka, menerima dan menghargai
segala bentuk perbedaan. Keberbedaan adalah sebuah rahmat, karena dengan
perbedaan itulah kita dapat saling berdialog antara satu dengan yang lainnya
demi mewujudkan tatanan yang demokratis dan beradab (civilized).
Sedangkan
pengertian “Indonesia” adalah masyarakat, bangsa, dan negara Indonesia yang
mempunyai falsafah dan ideologi bangsa (Pancasila) serta UUD 45.[2]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar